Category Archives: 05. Hukum memakai kopiah ketika shalat

HUKUM MEMAKAI KOPIAH KETIKA SHALAT

HUKUM MEMAKAI KOPIAH KETIKA SHALAT

Dalam sebuah hadits sohih disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memakai serban ketika shalat.

أنه كان يُصلِّي في العِمامة

“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya shalat dengan memakai imamah” (HR. Bukhari 205, Muslim 1359).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memakai serban adalah ketika shalat ataupun diluar shalat, karena memang tradisi masyarakat Arab sa’at itu dan sampai sa’at ini mereka memang biasa memakainya, apakah mereka sedang beribadah ataupun tidak sedang beribadah. Orang Arab musyrikin juga sama-sama memakai serban. Tetapi ada perbeda’an cara menggunakan serban antara orang-orang Islam dengan orang-orang musyrik.

Dalam hadis riwayat Abu Dawud dan al-Tirmidzi, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ”Perbeda’an antara serban kita dengan serban orang musyrikin adalah memakai kopiah terlebih dahulu”.

Di dalam Al-Quran atau hadits Nabi, tidak ada dalil sharih dan qath’i yang terkait perintah mengenakan kopiah bagi lelaki, baik sa’at shalat atau di luar shalat.

Lalu bagaimana hukumnya memakai kopiah ketika mendirikan shalat ?

Para ulama berbeda pendapat. Ada yang mengatakan sunnah, ada pula yang berpendapat shalat tidak menggunakan kopiah tidak mengapa.

Adanya perbeda’an itu, karena memang tidak ditemukan dalil yang secara langsung merujuk pada pemakaian kopiah.

Memakai kopiah merupakan attitude (kebiasa’an), adat yang kaitannya dengan masalah kesopanan. Tentu saja, ini hanya berlaku kepada kelompok masyarakat tertentu di masa tertentu dan di negara tertentu. Artinya, tidak berlaku secara universal.

Akan tetapi apabila ada orang yang memakai kopiah dengan tujuan merias diri ketika hendak mendirikan shalat, maka sikap ini adalah tepuji, merias diri ketika hendak mendirikan shalat diperintahkan oleh Allah ta’ala di dalam Al-Qur’an,

Allah ta’ala berfirman :

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ

“Wahai anak cucu Adam, gunakanlah perhiasanmu ketika hendak memasuki masjid (shalat)”. (QS. Al A’raf: 31).

Tetapi apabila ada orang yang merasa sudah cukup memakai pakaian dengan bersih dan rapih tanpa memakai kopiah, sikap orang itupun dibenarkan. Karena memang tidak ada dalil sharih dan qath’i yang mengharuskan shalat memakai kopiah.

Akan tetapi perlu diperhatikan, ada sebagian masyarakat yang memandang wajib memakai kopiah ketika shalat dan mereka mencela kepada orang yang tidak memakainya, maka orang yang bertamu atau tinggal di masyarakat yang demikian adalah lebih afdhol memakai kopiah. Terlebih lagi bagi seorang tokoh masyarakat atau guru agama supaya terjaga kehormatan diri dan tidak menjadi bahan gunjingan, karena menyalahi adat kebiasa’an yang berlaku di masyarakat tersebut.

• Pendapat Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah

Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah ketika ditanya tentang hukum shalat tanpa memakai penutup kepala, Beliau menjawab :

لا حرج في ذلك؛ لأن الرأس ليس من العورة، وإنما الواجب أن يصلي بالإزار والرداء؛ لقول النبي صلى الله عليه وسلم: ((لا يصلي أحدكم في الثوب الواحد ليس على عاتقه منه شيء))؛ لكن إذا أخذ زينته واستكمل لباسه كان ذلك أفضل؛ لقول الله جل وعلا: يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ[1]، أما إن كان في بلاد ليس من عادتهم تغطية الرأس فلا بأس عليه في كشفه

“Tidak mengapa, karena kepala tidak termasuk aurat. Yang wajib ketika shalat adalah mengenakan kain yang menutupi pusar ke bawah dan kain yang menutupi pundak hingga pusar. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam :

لا يصلي أحدكم في الثوب الواحد ليس على عاتقه منه شيء

‘Janganlah kalian shalat dengan satu kain saja sehingga pundak kalian tidak tertutup‘

Namun jika seseorang memperbagus pakaiannya (dengan penutup kepala) itu lebih afdhal. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ

“Wahai anak Adam, gunakanlah perhiasanmu ketika memasuki setiap masjid” (QS. Al A’raf: 31).

Adapun jika seseorang berada di suatu daerah yang di sana tidak biasa memakai penutup kepada, maka tidak mengapa shalat tanpa penutup kepala”.
[http://www.binbaz.org.sa/mat/2472]

• Pendapat Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah juga menyatakan hal yang sama :

وقد سبق في أثر ابن عمر أنه قال لمولاه نافع: «أتخرجُ إلى النَّاس حاسرَ الرَّأس؟ قال: لا، قال: فالله أحقُّ أن يُستحى منه» وهو يدلُّ على أن الأفضل ستر الرأس، ولكن إذا طبَّقنا هذه المسألة على قوله تعالى:)يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ )(لأعراف: من الآية31) تبيَّن لنا أن ستر الرأس أفضل في قوم يعتبر ستر الرأس عندهم من أخذ الزِّينة، أما إذا كُنَّا في قوم لا يُعتبر ذلك من أخذ الزينة، فإنَّا لا نقول: إنَّ ستره أفضل، ولا إنَّ كشفه أفضل

“Telah kami sampaikan sebuah atsar dari Ibnu Umar, beliau berkata kepada maula-nya, Nafi’ :

Apakah engkau keluar menemui orang-orang dengan tanpa penutup kepala ? Nafi’ berkata : Tidak. Ibnu Umar berkata : Sungguh malu kepada Allah adalah lebih layak daripada kepada yang lain‘

Hal ini menunjukkan bahwa menutup kepada itu lebih afdhal. Namun jika kita terapkan hal ini pada firman Allah Ta’ala :

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ

“Wahai anak Adam, gunakanlah perhiasanmu ketika memasuki setiap masjid” (QS. Al A’raf: 31).

Akan jelas bagi kita bahwa menutup kepala itu lebih afdhal bagi kaum yang menganggap penutup kepala itu sebagai penghias penampilan. Namun jika kita berada di suatu kaum yang tidak menganggap demikian, maka tidak kita katakan bahwa memakai penutup kepala itu afdhal, dan juga tidak dikatakan bahwa tidak memakainya itu afdhal.” (Syarhul Mumthi’, 2/137).

• Pendapat yang berbeda dari Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah berpandangan berbeda :

والذي أراه في هذه المسألة أن الصلاة حاسر الرأس مكروهة ذلك أنه من المسلم به استحباب دخول المسلم في الصلاة في أكمل هيئة إسلامية للحديث المتقدم في الكتاب : ” . . فإن الله أحق أن يتزين له ” وليس من الهيئة الحسنة في عرف السلف اعتياد حسر الرأس والسير كذلك في الطرقات والدخول كذلك في أماكن العبادات بل هذه عادة أجنبية تسربت إلى كثير من البلاد الإسلامية حينما دخلها الكفار وجلبوا إليها عاداتهم الفاسدة فقلدهم المسلمون فيها فأضاعوا بها وبأمثالها من التقاليد شخصيتهم الإسلامية فهذا العرض الطارئ لا يصلح أن يكون مسوغا لمخالفة العرف الإسلامي السابق ولا اتخاذه حجة لجواز الدخول في الصلاة حاسر الرأس

“Hemat saya dalam permasalahan ini, shalat tanpa memakai penutup kepala itu makruh. Karena setiap muslim dianjurkan ketika hendak shalat untuk berpenampilan sebagus dan seislami mungkin, berdasarkan hadits yang kami bawakan di awal kitab ini :

فإن الله أحق أن يتزين له

”Sungguh berhias untuk Allah adalah lebih layak daripada untuk yang lain”.

Dan tidak memakai penutup kepala bukan termasuk penampilan yang bagus menurut kebiasa’an para salaf, baik dalam perjalanan, di dalam dan di luar rumah, juga di tempat-tempat ibadah. Bahkan kebiasaan tidak memakai tutup kepala sebenarnya merupakan tradisi dari orang-orang di luar Islam. Ide ini sengaja disusupkan ketika mereka mulai memasuki negara-negara muslim. Mereka mengajarkan kebiasa’an buruk ini lalu diikuti oleh umat Islam yang telah mengenyahkan jati diri mereka dan tradisi Islam yan ada pada diri mereka. Inilah sebenarnya tujuan buruk yang dipoles dengan sangat halus untuk merusak tradisi Islami yang ada sejak dahulu. Sehingga hal ini tentu tidak bisa dijadikan sebagai alasan untuk memperbolehkan shalat tanpa memakai tutup kepala”. (Tamaamul Minnah Fii Ta’liq Ala Fiqhis Sunnah, 164).

Demikianlah adanya hukum memakai kopiah ketika mendirikan shalat dan juga pendapat dari beberapa Ulama, walaupun mereka berbeda pendapat tapi tidak selayaknya kita merendahkan salah satu Ulama dari yang lainnya karena perbeda’an pendapat diantara mereka.

Dari : Berbagai sumber

Shalat Tanpa Memakai Peci

http://rumaysho.com/shalat/hukum-shalat-tanpa-penutup-kepala-1568

http://nm-hidayah.blogspot.com/2005/12/kopiah-sunnah-nabi-atau-warisan-budaya.html?m=1

http://m.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/14/02/17/n14cd5-serban-dan-jubah-haram

_________